Hidup dan alurnya memang menyimpan banyak misteri, seperti halnya hidup dan mati. Semua kehidupan yang ada di bumi memang sudah digariskan oleh Yang Kuasa, namun bukan berarti kita tak punya daya untuk membuat hidup kita lebih hidup. Takdir, boleh dibilang itu sudah mutlak dan kita tidak bisa merubahnya, tapi di dalamnya terdapat proses yang semuanya tergantung pada diri kita sendiri. Dalam proses itulah kita sebagai umat-Nya diuji, sejauh mana kita kuat dan sepantas apakah kita disebut sebagai manusia. Manusia... lahir, tumbuh, berkembang, belajar, bekerja, dan seterusnya hingga akhirnya sang malaikat diutus untuk mencabut nyawa kita. Dalam proses itulah, sekarang saya tengah berada diantara proses belajar dan bekerja. Bukan berarti saya sedang sibuk akan keduanya, justru sebaliknya saya sedang menyandang status sebagai penganggur. Saya tidak perlu malu akan status itu, toh saya tidak hanya berdiam diri dengan status saya. Saya mengusahakan, menapaki setiap gang yang mungkin bisa membawaku ke jalan yang seharusnya, jalan yang membawaku akan kehidupan yang lebih baik, berkah, dan benar tentunya.
Kata orang, "Rejeki ada di tangan Tuhan". Jangan salah mengartikan ungkapan itu, ungkapan itu bukan bermaksud untuk membuat kita malas akan mendapatkan suatu hal, tetapi justru harus membuat kita semakin semangat. Ya, memang benar kalau Rejeki itu ada di tangan Tuhan, tapi bukankah Tuhan tidak akan memberikan dengan cuma-cuma? kitalah yang harus mengambil sendiri rejeki itu dari tangan Tuhan, kita tidak bisa hanya menunggu dengan pasrah dan mengharapkan Tuhan memberikan langsung rejeki itu di depan muka kita. Tapi dengan berjuang untuk menjangkau rejeki itu dan tentu saja mengambilnya dari tangan Tuhan.
Setiap kesempatan yang ada adalah jalan menuju suatu tempat, tapi bukankah tidak semua jalan itu mulus dan bisa mengantarkan kita ke tempat tujuan? untuk itu, masukilah setiap jalan dengan berani, ambil setiap kesempatan yang ada di depanmu, dan hingga saatnya tiba ambil semua yang kamu mau dari tangan Tuhan.
Kedengarannya saya sangat kuat dan tegar ya? tapi jangan salah, bohong jika saya tidak pernah berputus asa, seringkali saya berputus asa dan mengumpat atas hidup saya. Tapi kembali lagi saya berkaca pada orang-orang hebat di sekitar saya, malu jika saya harus berputus asa atau bahkan menyalahkan hidup yang telah Tuhan anugerahkan kepada saya.
Kakak saya, setahun bekerja di Semarang sebagai pegawai kontrak yang tragisnya tidak pernah menerima uang sepeserpun dari pekerjaan itu. Bertahan hidup dengan uang saku dari ibu padahal dia masih harus menanggung hidup istrinya. Pernah dia bercerita, "aku serasa ingin menangis darah melihat istriku tidak bisa hidup layak karenaku." Miris aku mendengarnya, saya tidak pernah menyangka kalau kakakku melakoni hidup seperti itu. Tapi toh kakakku tidak pernah menyerah, demi kewajibannya sebagai suami dan harga dirinya sebagai manusia dia terus berusaha hingga kini akhirnya dia mempunyai sebuah toko sepeda dengan tiga kios dan satu pegawai. Karena perjuangannya itulah, mungkin Tuhan memberi bonus plus plus, kakakku dan istrinya sekarang juga sudah menjadi PNS.
Ada pula teman-teman saya, yang satu bernama Oja dan yang satunya lagi bernama Tika. Oja, seorang lulusan UNDIP jurusan hukum lulus dengan IPK 3,8 dan menyelesaikan hanya 3,5 tahun masa studinya. Setahun saya menyaksikan usahanya mencari pekerjaan, lalu lalang dari kota satu ke kota lainnya. Entah sudah berapa puluh perusahaan yang dia datangi, tapi tak satupun pekerjaan menghampirinya. Saat menjelang setahun dia menganggur, dia mendapatkan pekerjaan sebagai tour leader. Tapi ternyata, gaji tour leader sangat kecil apalagi yang masih junior hanya 25-40 ribu perhari saat tur, dan itupun kadang hanya 4 hari dalam sebulan. Di sela-sela pekerjaan sebagai tour leader, dia mencari pekerjaan lain sampai akhirnya menjadi sales asuransi jiwa. Itupun dia tidak akan mendapatkan gaji jika dia tidak mendapatkan nasabah. Kalau dipikir, tragis melihat seorang lulusan universitas negeri yang sangat pintar tapi tak satupun pekerjaan layak mau mengahampirinya. Tapi Tuhan memberikan kado yang indah atas perjuangan dan kesabarannya, sekarang dia menjadi PNS di Mahkamah Agung, pekerjaan yang jauh lebih baik daripada pekerjaan yang pernah dia lamar sebelumnya.
Tika, lulusan terbaik Administrasi Negara UNDIP untuk kelas ekstensi, lulus dengan IPK 3,7. Hal yang sama seperti Oja juga dia alami, berangkat dari kota yang satu ke kota yang lain untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, setiap hari Sabtu membeli koran untuk mencari iklan lowongan pekerjaan. Tapi, hampir setahun dia belum menemukannya juga. Pernah suatu hari kami berbicara tentang mimpi kami masing-masing, dengan mata berkaca-kaca dia menceritakan usahanya serta sebuah impian besarnya. "Aku pengen banget jadi guru di pelosok Indonesia, mengajar anak-anak yang bahkan belum mengenal peradaban", katanya kepadaku. Ternyata, impian mulia dan kesabarannya mendapatkan jawaban dari Tuhan. Sekarang, dia menjadi pengajar muda di Indonesia Mengajar dan ditempatkan di pelosok Majene, Sulawesi. Terakhir, aku membaca note's di facebook Tika. Dia menceritakan betapa bahagianya dia mengajar anak-anak di SD Talonga Majene. Betapa bahagianya dia saat murid-murid berlari menyambut dan memanggilnya Tuan Guru.
Belajar dari orang-orang hebat itulah saya tidak mau mengendurkan semangat saya akan hidup saya. Orang pintar jika tidak mau berjuang akan hidupnya hanya akan menjadi sampah. Tapi sebodoh apapun orang, jika dia mau mengusahakan pasti kehidupan yang baik akan dia dapatkan. Saya, berkaca pada orang-orang hebat di depan saya. Jangan pernah berhenti berjuang untuk hidup kita, jangan sampai dunia mengkerdilkan kita. Hidup kita adalah kesempatan emas untuk menjadi yang terbaik yang bisa kita lakukan, ingat bukan untuk menjadi yang terbaik dari semuanya. Semuanya punya kapasitas masing-masing, yang paling penting adalah mengusahakan apa yang kita mampu, dan sisanya biar Tuhan yang memuluskan jalan kita.
Jakarta, 9 Februari 2011
Alhamdulillah... Maha Besar Allah atas segala Kuasanya!!! Akhirnya, cita-cita untuk jadi reporter pun akhirnya terwujud. Kamis (3/3), Mas Eman sang HRD Republika meneleponku dan mengatakan “Mbak, anda dinyatakan lolos dan diterima menjadi reporter Republika”.
Dan Tuhan juga telah memuluskan jalanku.
6 komentar:
ceritanya sama dengan postingan saya mbak,.. bersyukurlah atas apa yang diberikan dan ikhlas menjalaninya :D
salam persohiblogan ^_^
wah... iyakah? maaf2 belum sempet baca...
yap, terus berusaha n bersyukur ^_^
biar Tuhan memuluskan jalan kita... indah dan manis kalimat itu...
dan aku pun kerap berharap, biar Tuhan juga memeluk semua cinta yang mimpi yang kupunya, agar tak kandas meski telah jatuh .. ^_^
@main kata: makasih banyak dah mau baca.... ya Benar, Biar Tuhan yang Menjemput kita sampai ke mimpi kita ^_^
mimpi itu indah dan seperti namanya, ia cuma sesaat...
mampir yah di rumah persahabatanku
http://f4dlyfri3nds.blogspot.com
oke fadly... makasih dah baca tulisanku... sip... ntar mampir ke blog km ^_^
Posting Komentar